RSS

Sheila dan Cacar



            Hari itu, matahari yang bersinar malu-malu di balik pepohonan tengah mengintip segerombolan siswa siswi sekolah kejuruan yang sedang berbincang ngalor-ngidul sambil menaiki tangga. Mereka sedang menuju ruang lab komputer di lantai dua. Ada jadwal pelajaran web design yang menjadi favorit mereka, hari ini.
            Usai memasukan tas di loker, Lian, gadis berperawakan gemuk yang selalu terliat riang itu langsung memasuki ruang lab dan segera memilih bangku untuk ditempati dengan senyum sumringah. Ia langsung membuka akun media sosialnya sebelum menunggu guru memulai pelajaran. Tapi tiba-tiba saja handphonenya berkedip. Tanda pesan masuk.
            “Li, udah tau belum nanti Agustus ada Sheila on 7 di Pensi SMAN 1 Sumber?”- Donna
            Tak perlu menunggu waktu lama, Lian segera membalasnya dengan antusias,
            “Serius? Aaaaaah mau banget nonton!!!”
            “Seriuslah, saya panitianya” - Donna
            Donna adalah teman masa kecil Lian. Mereka sama-sama menggemari grup band Sheila on 7. Sebagai penggemar yang sudah mengidolakan grup tersebut semenjak kelas 4 SD, tentu tak heran kalau saja berita itu benar- benar membuatnya gempar bukan kepalang. Tentu saja ia senang!
            Lian pun bercerita kepada teman-temannya kalau band idolanya itu akan mampir ke kotanya. Tiap hari dia sibuk countdown ke tanggal 31 agustus 2008. “Ah masih 2 bulan lagi...” Celetuknya, tak sabar begitu mendapati hitungan pada tanggalnya masih sangat jauh untuk menyentuh angka yang ia tunggu-tunggu.
-------------------------------------------
            Bulan berganti bulan. Dan akhirnya agustus pun datang menghampiri.
            “Tanggal 23 agustus nanti, kita ada show di panembahan untuk acara khitanan massal, jaga kesehatan kalian, ya.” Seorang guru mewanti-wanti kepada anak didiknya. “Tolong kostum dan alat-alat marching bandnya diperiksa dan disiapkan” sambungnya.
            Lian hari ini tak menunjukkan batang hidungnya, padahal ia adalah salah satu anggota dari kelompok marching band tersebut.
            “Kemana lian?” tanya guru itu
            “Sakit, Bu. Sudah 2 hari. Kemungkinan dia tidak bisa ikut show.” jawab salah satu anggota.
-------------------------------------------
            Sementara itu di tempat tidurnya, Lian masih menangisi kondisinya yang kian memburuk. “Bu, penyakit cacar itu sembuhnya berapa hari?” rintihnya.
            “Seminggu Li. Udah nduk, sing sabar, pasti sembuh kok.” jawab ibunya sambil mengelus-ngelus rambut hitam anaknya yang terlihat lebih semrawut itu.
            “Lama banget, Bu... Lian mau nonton Sheila on 7 di Sumber bu tanggal 31” keluhnya.
-------------------------------------------
            Hari-hari menjelang tanggal 31 Agustus, penyakit cacar Lian sudah berangsur-angsur membaik. Bintik hitam yang sebelumnya banyak menempeli tubuhnya itu kini perlahan hilang. Tapi sayangnya, dia masih belum diperbolehkan mandi dan berangkat sekolah.
            Hari itu, tangisnya pun pecah lagi “Bu...” ucapnya dengan sesenggukan.
            “Sabar sayang, jangan nangis terus. Sebentar lagi sembuh kok,” ucap ibunya mencoba menenangkan. "
            “Cengeng banget, kayak anak SD” celetuk sepupunya.
            “Aku gak nangisin cacarnya. Aku nangis soalnya kayaknya aku gak bisa nonton Sheila on 7, kapan lagi kan ketemu mereka. Ini penantian dari SD!” Lian pun panjang lebar menjelaskan.
            “Ya makanya jangan nangis aja biar cepet sembuh,” jawab sepupunya
-------------------------------------------
            Hari sabtu, 30 Agustus
            “Lian masih sakit?” tyanya Lia, salah satu sahabatnya.
            “Iya dia masih sakit,” jawab Yani, teman sebangku Lian.
            “Aduh kasihan, padahal aku punya tiket Sheila on 7 gratis buat dia.”
-------------------------------------------
            Malam harinya Lian semakin gelisah. Dia menyalakan TV dan memindahkan channel ke channel  ‘ikan terbang’. Malam itu Sheila on 7 menjadi salah satu guest star di acara sebuah Bank ternama.
            “Tu sheilanya masih di Jakarta. Emang besok jadi ke sini?” tanya ibunya tiba-tiba,
            “Jadi kok, Bu..." jawab Lian singkat.
            Tapi apa dinyana, Lian sudah semakin pasrah. Mungkin dia memang tak bisa menonton Sheila on 7 di Pensi SMA Sumber.
-------------------------------------------
            Hari yang ditunggu-tunggu sejak 2 bulan lalu akhirnya datang.
            31 Agustus! Jam 7 pagi, Donna ke rumah Lian
            “Mau nitip apa? Tanda tangan mas Duta? Aku panitia yang ngurusin artisnya,” tanyanya
            “Nitip apa ya.., umm, bawa kaset ini aja, Don," jawab Lian seraya menyodorkan salah satu kaset Sheila on 7.
            Jam 9, lian mendapat pesan dari donna. Lian segera membacanya
            “Li, ini aku udah di hotel. Sheila belum datang. Aaah gak sabar nunggu mas Duta”
            “Don, plis, Don T_T”
             Jam 11 Lian mengajak Ditdit, Jemi dan Omi ke Pensi SMA Sumber. Mereka adalah sahabat Lian. Ditdit dan Omi pun mengiyakan, tapi Jemi tak diizinkan orang tuanya. Jam 2 siang, Lian pamit kepada kedua orang tuanya.
            “Li, hati-hati yaa,” pesan ibunya. Ibunya tahu benar bahwa anaknya itu fans berat sheila on 7. Dia tak sampai hati melarangnya ke pensi tersebut.
            Akhirnya Lian, Ditdit dan omi pergi ke pensi tersebut.
            “Wah rame banget, jangan-jangan Sheila udah tampil nih," celetuk Omi.
            Mereka pun bergegas mempercepat langkahnya memasuki GOR Rangga Jati, tempat pensi berlangsung. Di dalam GOR, banyak orang yang melihat ke arah Lian. Ya, muka Lian masih penuh dengan bekas cacar di sana sini. Lian menyadarinya, tapi dia memilih untuk cuek dan membiarkan tatapan aneh orang-orang tersebut.
            Dua jam berlalu, akhirnya Sheila keluar dari balik panggung. Suara riuh penonton pecah saat itu juga. Lian, Ditdit dan Omi berlari ke arah panggung. Mereka berdesakan dengan penonton lain. Tapi akhirnya mereka kembali mundur karena ada beberapa penonton yang rusuh. Untunglah ada seseorang yang mau menolong mereka, orangnya tinggi, putih, bisa dibilang tampan.
            “Jangan ke situ, lewat sini,” saran laki-laki itu.
            Lian, Ditdit dan Omi pun menurutinya. Mereka bisa dengan jelas melihat Sheila on 7 atas saran laki-laki itu.
            “Mas duta aslinya cakep banget, beda sama di tipi,” teriak Lian ke Ditdit dan Omi. Tapi ternyata Ditdit dan Omi sedang sibuk sendiri-sendiri.
            Omi berteriak-teriak memanggil duta "Dutaaaaaa Mas Dutaaaaa.”
            Lian sibuk mengambil gambar dan video idolanya. Mereka pun larut di setiap lagu-lagu yang dibawakan sheila on 7. Tak terasa waktu sudah beranjak pukul 6 sore dan acara berakhir. Di sepanjang perjalanan pulang Lian, Ditdit dan Omi menyanyikan lagu-lagu Sheila on 7 tanpa henti. Mereka masih tak percaya bisa bertemu Sheila hari itu.
            “Cacar bukan halangan ya buat ketemu Sheila,” goda Ditdit.
            Lian hanya tersenyum menanggapi..


(Based on true story, menjelang Ramadhan 2008)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS