Sore itu aku dan teman – teman berduyun – duyun menuju
Stasiun Prujakan Kota Cirebon. Kami yang berangkat ke pare berjumlah 17 orang.
16 orang perempuan (Aidha, Diana, Lucky, Dilla, Tuti, Ratna, Nunik, Pia, Asri,
Laena, Riska, Ihat, Corry, Defit, Lilis dan saya) dan 1 laki – laki (Fajar).
Kami akan menghabiskan liburan semester kali ini ke kampung inggris Pare,
Kediri – Jawa Timur. Kami kesana menumpang sebuah kereta ekonomi Matarmaja. Ini
adalah kali pertama kami akan menaiki kereta api kelas ekonomi. Rasa khawatir
sempat hinggap dibenak kami , karena banyak cerita – cerita yang tak
menyenangkan tentang kereta ekonomi. Kereta ngaret setengah jam dari jadwal
keberangkatan. Aku gelisah. Keadaanku belum sembuh benar. Aku baru sembuh dari
sakit. Ku tengok dari jendela kereta, raut wajah orang tuaku, sepertinya mereka
sangat mencemaskanku. Aku melambaikan tangan dan tersenyum pada mereka,
mengisyaratkan bahwa aku baik – baik saja. Kereta pun berangkat.
***
Suara pedagang asongan yang wara – wiri menjajakkan
dagangannya membangunkan tidurku. Aku melihat jam tanganku, waktu menunjukkan
pukul 11 malam. Suasana kereta sangat ramai. Teman – temanku sibuk dengan
aktifitas mereka masing – masing. Ada yang sibuk bermain handphone, berbincang ngalor – ngidul, bahkan ada yang bermain
kartu remi. Sedangkan aku memilih untuk jalan – jalan dikereta. Berjam – jam
duduk membuatku pegal. Kereta ekonomi tak seburuk yang kubayangkan. Suasananya
menyenangkan tapi kita harus tetap berhati – hati.
***
12 jam berlalu, pukul 5 pagi akhirnya kami menginjakkan
kaki di kota Kediri. Dari stasiun kami melanjutkan perjalanan ke Pare menumpang
angkot yang kami sewa sebelumnya. Aku duduk didepan bersama Nunik. Tak
kulewatkan menikmati pemandangan pagi kota Kediri. Ratusan buruh pabrik rokok
Gudang Garam memacetkan jalan. Aku takjub melihatnya. Salut dengan semangat
yang mereka kobarkan dipagi buta seperti ini.
![]() |
Dari kereta langsung menuju angkot carteran hap hap hap! |
Pukul 6 pagi kami
sampai di Desa Tulungrejo Kec.Pare. Kami menunggu cukup lama didepan office
tempat kami akan mengikuti kursus. Karena lapar, aku dan Nunik menyempatkan
berjalan – jalan disekitaran office mencari sebungkus nasi. Disana kami sarapan
nasi pecel yang dikasi peyek. Perut sudah terisi kami pun kembali ke office.
Setelah office dibuka kami langsung diantar ke camp, oh iya camp itu istilah
rumah yang akan kami tempati disana selama kami di Pare. Karena ada kesalahan
teknis kami tidak menempati camp yang disediakan oleh tempat kursusan kami.
Kami memutuskan mencari tempat kost. Dengan sisa tenaga dan semangat yang masih
menyala –nyala , Aidha, Dilla dan Pia menelusuri Desa Tulungrejo mencari tempat
kost untuk kami ber – 16. Sekedar info, fajar teman kami sudah mendarat dengan damai
di campnya. Akhirnya kami menemukan tempat kost yang sesuai dengan keinginan
kami. Rumahnya besar tapi mempunyai peraturan yang ketat. Tutornya pun sedikit
galak. Selama 24 jam kami diharuskan menggunakan bahasa inggris kecuali hari
minggu.
Aktifitas kami sudah
dimulai sejak pikul 3 pagi. Ada yang mencuci, piket dan mengantri mandi.
Bayangkan , 16 orang mengantri dua kamar mandi >_<. Berikut ini adalah
jadwal belajar kami selama 1 bulan di Pare hari senin s/d jumat:
Jam
|
Kegiatan
|
05.00 – 05.30
|
Brainwash di camp
|
05.30 – 06.30
|
Brainwash & tongue twister
|
07.00 – 08.30
|
Vocabulary class
|
10.00 – 12.00
|
Pronunciation class
|
14.00 – 15.30
|
Speaking class
|
18.30 – 20.00
|
Grammar class
|
20.00 – 21.00
|
Entahlah ini dinamakan kelas apa
hahaha
|
Padat merayap bukan
T_T, itu belum termasuk setiap malam kami harus memorize vocabulary dan
expression yang berpuluh – puluh jumlahnya dan harus disetorkan setiap paginya.
Di Pare, kami mempunyai
banyak teman. Ada yang dari Jakarta, lampung, Jogjakarta dll. Kebanyakan dari
mereka adalah cowok. Mereka baik – baik dan menyenangkan.
![]() |
Foto bersama tutor vocabulary, Miss Ariyanti (pink) |
Di pare, kami semuanya
menyewa sepeda, agar lebih mudah mencapai tempat kursus yang lumayan jauh,
membeli makanan atau hanya sekedar jalan – jalan.
Makanan di pare sangat
beragam. Tapi yang paling terkenal disini adalah Ayam penyet dan Tansu alias
ketan susu. Tempat makannya ditepi sawah. Kita bisa makan beralaskan tikar
sambil disuguhi pemandangan khas pedesaan yang asri.
Menanti pesanan ketan susu ^^ |
***
Thanks God its
Saturday! Kami selalu bersorak, riang gembira jika sabtu datang. Itu berarti
kami terbebas dari semua tugas dari tempat kursus, seperti memorize, bangun
pagi buta serta mengantri kamar mandi. Sabtu itu bagaikan syurga dunia bagi
kami. Kami bisa bangun siang, berleyeh – leyeh dikamar, dan tentu saja waktu
yang tepat untuk melepas rindu yang sudah menggunung ini dengan keluarga yang
ada di Cirebon sana. Sehabis telepon biasanya aku menangis karena rindu pada
kedua orangtuaku.
Minggunya, kami akan
pergi ke simpang lima Gumul Kediri Jawa Timur. Kami refreshing disana. Ketika
kami sampai di Gumul baru berfoto – foto sebentar hujan turun dengan derasnya.
Yaik! Kami semua kocar – kacir mencari tenpat berteduh.
![]() |
Simpang lima Gumul, Kediri - Jawa Timur |
***
Hari – hari berat itu
bisa kami lewati bersama – sama . ilmu kami tentang bahsa inggris semakin hari
semakin bertambah. Kami jadi terbiasa menggunakan english di kehidupan sehari –
hari. Akhirnya tibalah waktu kami untuk pulang ke kampung halaman . Kami
berpelukan satu sama lain , menangis terharu. Mempersiapkan koper masing –
masing. Kereta kami berangkat pkl. 19.00. Kami semua bergegas. Teman – teman
kami yang dari tempat kursusan pun ikut mengantar kami, bahkan arif ikut
membawakan koperku, usman pun demikian.
***
Jam 7 pagi, kereta
matarmaja mengantarkan kami dengan selamat sampai di Cirebon. Orangtua kami
sudah menunggu di pintu keluar penumpang. Aku langsung memeluk ayah dan ibuku.
Aku menangis dalam dekapan mereka. Terimakasih Allah sudah memberikan kami
kesempatan untuk pergi berlibur ke pare. Kami takkan melupakannya seumur hidup
kami.
0 komentar:
Posting Komentar